Nabi Yunus diutus oleh Allah untuk berdakwah pada penduduk Ninawa. Ketika mendapatkan perintah tersebut, perjalanan panjang melintasi padang pasir yang luas dan gersang pun ditempuh Nabi Yunus dari negeri Syam. Sesampainya di Ninawa, Yunus alaihissalam mendapati para penduduknya tenggelam dalam kekafiran. Mereka menjadikan berhala sebagai Tuhan. Ritual penyembahan terhadap berhala ini telah berlangsung lama.
Sebagai pendatang, Nabi Yunus dianggap orang asing oleh penduduk setempat. Ketika beliau memulai dakwahnya dan mengajak kaum Ninawa untuk menyembah Allah, mereka malah mengolok-olok Nabi Yunus.
Dakwah Nabi Yunus pun tak pernah dianggap oleh kaum Ninawa. Bahkan mereka merasa Nabi Yunus telah melakukan penghinaan terhadap berhala dan agama nenek moyang. Mendapati respon kaum Ninawa yang seperti itu Nabi Yunus tetap sabar.
Tahun demi tahun berlalu, kondisi tersebut belumlah berubah. Hingga sampai 33 tahun Nabi Yunus berdakwah, hanya dua orang penduduk Ninawa saja yang mendengarkan beliau. Nama mereka adalah Tanuh dan Rubil.
Sampai pada suatu hari, habis sudah kesabaran Nabi Yunus menghadapi kaum Ninawa yang keras kepala itu. Beliau pun berniat meninggalkan kaumnya. Namun, sebelum beliau pergi, Nabi Yunus menyampaikan kepada penduduk Ninawa bahwa azab Allah akan datang. Kemudian pergilah Nabi Yunus dalam keadaan sedih, kecewa, dan marah.
Nabi Yunus Melompat ke Laut dan Ditelan Ikan Paus
Beranjak dari Ninawa, Nabi Yunus menuju dermaga dan menumpang pada sebuah kapal. Cuaca cerah saat kapal sedang bersandar sehingga sang nakhoda mengizinkan Nabi Yunus untuk ikut naik, meski ia tahu kapalnya sudah kelebihan muatan.
Sampai di tengah laut, cuaca tiba-tiba memburuk. Awan hitam bergulung-gulung, angin kencang, dan gelombang besar tiba-tiba memerangkap kapal. Badai besar itu membuat kapal tidak stabil. Nabi Yunus pun mengajak nakhoda dan seluruh penumpang kapal untuk berzikir kepada Allah.
Sang nahkoda kemudian memerintahkan kepada seluruh penumpang untuk membuang barang bawaan mereka ke laut. Harapannya, dengan beban yang berkurang kapal akan bisa kembali stabil. Ternyata tidak demikian kenyataannya.
Akhirnya sang nakhoda harus mengambil keputusan pahit, yaitu mengurangi jumlah penumpang kapal. Agar adil, penentuan siapa penumpang yang harus keluar dari kapal pun dilakukan dengan undian.
Sang nahkoda meminta seluruh penumpang menuliskan nama mereka, kemudian proses pengundian pun dimulai. Pada pengundian pertama nama yang keluar adalah YUNUS. Namun seluruh penumpang menolak hasil tersebut sehingga diulang kedua kalinya.
Pengundian kedua kali juga mengeluarkan nama yang sama, YUNUS. Meski para penumpang lainnya masih keberatan, tetapi Nabi Yunus menerima hasil undian tersebut dengan ikhlas. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada Surah As-Saffat ayat 141 di atas, “kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).”
Beliau pun menceburkan dirinya ke laut setelah menyebut asma Allah. Dalam beberapa riwayat dikisahkan bahwa setelah Nabi Yunus terjun ke laut, cuaca kembali cerah dan lautan kembali tenang.
Di laut, Nabi Yunus diombang-ambingkan gelombang. Kemudian Allah memerintahkan seekor ikan paus untuk mendekat dan menelan Nabi Yunus tanpa meremukkan tulang dan daging beliau.
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus adalah ikan Nun (merujuk pada Surah Al-Anbiya’ ayat 87). Ikan itu disebut-sebut masih hidup saat ini dan akan terus hidup hingga hari kiamat. Pendapat tersebut merujuk pada Surah As-Saffat ayat 144, “ … niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”
Di laut, Nabi Yunus diombang-ambingkan gelombang. Kemudian Allah memerintahkan seekor ikan paus untuk mendekat dan menelan Nabi Yunus tanpa meremukkan tulang dan daging beliau. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus adalah ikan Nun (merujuk pada Surah Al-Anbiya’ ayat 87).
Di dalam perut ikan yang gelap, Nabi Yunus sempat mengira dirinya telah meninggal. Allah pun mewahyukan bahwa beliau ada di dalam perut ikan. Nabi Yunus pun menggerakkan kakinya dan bersujud.
Tak lama kemudian, Nabi Yunus mendengar suara-suara tasbih dari para penghuni lautan. Hal ini mengilhamkan kepada beliau untuk menyadari kesalahannya. Nabi Yunus pun sadar bahwa keputusannya meninggalkan kaum Ninawa dalam keadaan marah adalah hal yang tidak benar. Karena itu Allah menghukum beliau dengan memenjarakan di dalam perut ikan.
Hal ini seperti firman Allah pada Surah As-Saffat ayat 142 di atas, “Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” Sebutan ‘tercela’ pada ayat tersebut menandakan Allah tidak berkenan pada keputusan Nabi Yunus meninggalkan kaumnya.
Allah juga menegaskan kekecewaan-Nya pada Nabi Yunus dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 87. “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, …”
Sadar akan kesalahan beliau, Nabi Yunus pun lantas berdoa sebagaimana yang Allah kisahkan dalam lanjutan ayat ke-87 Surah Al-Anbiya’ di atas. “ … maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim’.”
Allah pun memperkenankan doa Nabi Yunus, seperti yang Dikisahkan dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 88. “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”
Allah memerintahkan kepada ikan paus untuk memuntahkan Nabi Yunus sehingga beliau terdampar di daratan yang tandus. Tubuh Nabi Yunus pun dalam keadaan lemah dan sakit karena kekurangan nutrisi di dalam perut ikan. Untuk itu Allah menyembuhkan beliau dengan menumbuhkan tanaman yaqthinah (sejenis labu) dan meminta Nabi Yunus memakannya.
Hal ini dikisahkan Allah dalam Surah As-Saffat ayat 145—146. “Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.”
Adapun mengenai berapa lama waktu Nabi Yunus berada dalam perut ikan, ada beberapa perbedaan pendapat di antara para ahli tafsir. Ada yang menyebutkan bahwa Yunus alaihissalam ditelan ikan paus pada waktu dhuha dan dimuntahkan kembali sore harinya.
Ada pula yang berpendapat Nabi Yunus ditelan selama 3 hari. Pendapat lain menyebutkan bahwa beliau berada di dalam perut ikan selama 7 hari. Namun, pendapat yang paling masyhur adalah selama 40 hari. Temukan kisah Nabi Yusuf yang diutus Allah pada Board Book Teladan Anak Muslim: Nabi Yunus.
source : buku nabi yunus, gramedia [dapatkan buku lengkapnya disini]